SEBAGAI warga Ibu Kota, seharusnya kita sudah paham
betul tentang kondisi Jakarta yang rawan banjir di kala musim penghujan.
Sayangnya, warga Ibu Kota sendiri pun kurang peka dengan situasi
Jakarta yang rentan terkena musibah banjir. Tumpukan sampah sering kita
jumpai di setiap sudut jalan Ibu Kota, bahkan Jakarta tak ubahnya
seperti tong sampah raksasa yang membuat masyarakatnya bisa membuang
sampah di mana pun.
Kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan inilah yang membuat
Jakarta makin mudah tenggelam di saat musim hujan. Kita bisa bercermin
pada negara tetangga, Singapura, yang sukses mendisiplinkan warganya
untuk hidup bersih. Berbagai pembangunan fisik, seperti proyek Kanal
Banjir Barat dan Timur pun sudah diupayakan, namun belum memberikan
hasil yang maksimal. Alangkah lebih baik lagi, jika pemerintah
bekerjasama dengan organisasi-organisasi pecinta lingkungan dari
berbagai kalangan memberikan edukasi secara menyeluruh kepada masyarakat
tentang pentingnya menjaga lingkungan agar tetap hijau dan seimbang.
Program edukasi tersebut juga akan lebih efektif jika ditanamkan sejak
dini, seperti pada anak-anak sekolah agar nantinya mereka sadar betul
bahwa lingkungan yang sehat akan membuat mereka terhindar dari banjir.
Selain itu, kurangnya daerah serapan air dan ruang terbuka hijau juga
menjadi faktor pendukung datangnya banjir besar di Jakarta baru-baru
ini. Pembangunan gedung-gedung pencakar langit serta mal-mal mewah
membuat lahan hijau di Jakarta semakin berkurang. Padahal, jika kita
perhatikan, mal-mal di Jakarta tidak semuanya ramai, hanya beberapa mal
yang dipadati pengunjung. Anak-anak muda Jakarta, tentu membutuhkan
ruang terbuka hijau yang bisa digunakan sebagai sarana rekreasi dan
berkumpul berbagai komunitas sehingga membuat mereka lebih kreatif lagi.
Melihat masalah ini, sebaiknya Pemda bekerjasama dengan Pemerintah
pusat segera membuat peraturan pengetatan izin mendirikan bangunan
(IMB).
Jika kita lihat di daerah Puncak, Jawa Barat, banyak sekali daerah yang
sebetulnya bisa menjadi daerah serapan air malah disulap menjadi
vila-vila mewah. Dan yang lebih membuat kita prihatin ternyata vila-vila
tersebut pun dimiliki oleh pejabat negara serta sosialita Tanah Air
yang seharusnya menjadi panutan masyarakat lain. Tak hanya itu,
masyarakat yang tinggal di bantaran kali Ciliwung juga harus
dipindahkan. Memang tak mudah untuk memindahkan mereka, tapi Jakarta
akan terus dikepung banjir jika kita diam saja membiarkan mereka tetap
hidup di pinggir kali. Hal ini harus dilakukan, mengingat kondisi kali
Ciliwung sendiri yang semakin lama semakin dangkal sehingga tak mampu
lagi menampung debit air di saat musim hujan.
Pada intinya, kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat yang baik
dan selaras cepat atau lambat bisa sedikit demi sedikit menyelesaikan
masalah banjir. Akan menjadi sia-sia jika usaha pemerintah yang sudah
membangun berbagai bendungan atau kanal demi mencegah banjir, tapi
masyarakatnya malah tidak berusaha untuk menjaga lingkungan.
sumber : http://kampus.okezone.com/read/2013/01/25/367/751500/perlunya-disiplin-lingkungan-demi-mencegah-banjir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar